Investasi ramah lingkungan di Jawa Tengah menunjukkan tren positif. Hingga triwulan pertama 2025, tercatat 25 investor baru menanamkan modal di sektor energi terbarukan.
Kadinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Sakina Rosellasari mengatakan, nilai investasi dari sektor ini telah mencapai Rp4,33 triliun. Para investor fokus pada proyek seperti panel surya, baterai kendaraan listrik, dan industri kendaraan ramah lingkungan.
"Realisasi investasinya bertahap tercatat Rp4,33 triliun," ujarnya, Kamis (27/6/2025) saat Central Java Renewable Energy Investment Forum (CJREIF) 2025, di Gumaya Semarang.
Peningkatan jumlah investor ini didorong oleh berbagai kemudahan dan insentif yang ditawarkan Pemprov Jateng. Di antaranya, keringanan pajak air permukaan dan BBNKB kendaraan untuk usaha yang memenuhi prinsip ramah lingkungan.
"Syarat ajukan keringanan ada 15 parameter, misal penetapan upah minimal, tenaga kerja tercover BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan, ada lagi satu klausul menggunakan EBT. Itu wajib, kalau tidak itu gugur," tegas Sakina.
Gubernur Jateng Ahmad Luthfi melalui forum Central Java Renewable Energy Investment Forum (CJREIF) 2025 terus memperkuat daya tarik investasi hijau. Salah satu langkahnya dengan menawarkan enam proyek strategis di bidang EBT.
Proyek-proyek tersebut meliputi PLTM Banjaran dan Logawa-Banyumas, PLTS Terapung Gajahmungkur dan Kedungombo, serta panas bumi di Candi Umbul Telomoyo dan Baturraden. Ada juga proyek pengolahan sampah menjadi bahan bakar di Grobogan.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko menyebut, komitmen daerah ini pada energi hijau didorong target nasional Net Zero Emission 2060. Saat ini, bauran energi terbarukan Jateng sudah mencapai 18,58 persen dari target 21,32 persen di 2025.
Menurutnya, ribuan desa di Jateng telah menggunakan teknologi EBT secara mandiri. Antara lain pemanfaatan biogas, mikrohidro, panel surya, hingga pompa air tenaga surya (PATS) untuk irigasi pertanian.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa menilai Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah kunci transisi energi nasional. Kontribusi Jateng terhadap PDRB Jawa dan PDB Indonesia menjadikan wilayah ini punya daya tawar tinggi.
Potensi EBT Jateng juga sangat besar, dengan estimasi energi surya 194.280 MWp, angin 6.003 MW, bioenergi 105 MW, dan air 730,3 MW. Semua ini menjadi magnet bagi investor global yang tengah berburu proyek hijau.
Fabby menyarankan lima langkah untuk memperkuat tren investasi hijau ini. Di antaranya, membentuk unit layanan investasi hijau, peta jalan transisi energi, kawasan industri hijau, skema pembiayaan khusus, dan penguatan SDM hijau.