Peningkatan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,99 persen (yoy) pada kuartal II-2025 disanksikan oleh sejumlah pakar. Mereka menganggap angka yang diumumkan Badan Pusat Statistik ini bertolak belakang dengan sejumlah indikator lainnya.
Menanggapi hal ini, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Nurul Ichwan, menegaskan data tersebut bersumber dari laporan resmi investor, bukan hasil karangan.
“Data yang dikeluarkan oleh kami di Kementerian Investasi berdasarkan atas LKPN, Laporan Kegiatan Penanaman Modal, yang disampaikan secara berkala oleh investor sendiri langsung. Data itu disampaikan ke kita lewat OSS. Data itulah yang kemudian kita kompilasi dan disampaikan semua yang kita laporkan,” katanya saat ditemui di Hotel Mulia, Rabu (6/8/2025).
Ichwan pun tidak ambil pusing dengan kritik sejumlah pihak yang meragukan data BPS atas realisasi investasi pada kuartal II-2025 tersebut.
“Jadi semua yang kita laporkan itu datanya adalah data primer yang kita dapatkan langsung dari investornya. Jadi bukan kita yang menebak-nebak kalau ada orang yang meragukan itu silahkan saja,” ujarnya.
Dia pun menjelaskan kenapa pertumbuhan PMTB pada kuartal II-2025 ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I-2025, di mana pertumbuhan PMTB hanya di level 2,12 persen (yoy).
Hal ini menurutnya karena pada kuartal pertama biasanya perusahaan belum terlalu menggenjot kinerjanya. Peningkatan kinerja baru akan terlihat pada kuartal dua dan berlanjut hingga kuartal keempat.
“Januari adalah bulan yang orang belum gaspol lah kira-kira. Nah itu justru biasanya kita lihat justru nanti lebih tinggi itu di kuartal ketiga dan keempat,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini juga berlaku untuk realisasi investasi yang dicatat BKPM, di mana realisasi investasi kuartal II 2025 telah mencapai Rp477,7 triliun atau tumbuh 11,5 persen (yoy) dibandingkan kuartal I-2025 yang sebesar Rp465,2 triliun.
“Behavior perusahaan selalu begitu. Kuartal III-IV biasanya lebih tinggi karena target harus terealisasi,” tambahnya.
Di sisi lain, Kepala Center of Industry, Trade and Investment Indef, Andri Satrio Nugroho, menganggap bahwa data realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 yang disampaikan BPS tidak sama dengan kondisi lapangan.
Dia meragukan data pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen pada kuartal II-2025 ini di mana kontribusi terbesar disumbang oleh PMTB. Jika dilihat dari data Purchasing Managers Index (PMI), sektor manufaktur dalam negeri justru menunjukkan terjadinya kontraksi empat bulan beruntun, di mana Juli berada di level 49,2.
Belum lagi jika melihat daya beli masyarakat yang masih tertekan akibat dari kondisi geopolitik dan ibas alotnya perundingan tarif resiprokal Donald Trump.
"Apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia ini bisa kita kategorikan sebagai anomali? Jangan-jangan memang ada semacam window dressing (manipulasi laporan)," jelas Andri dalam diskusi publik Indef, Rabu (6/8/2025).