Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menggenjot pembangunan infrastruktur sumber daya air (SDA) di Tanah Air. Langkah ini menjadi penting demi menciptakan kawasan yang layak tinggal bagi masyarakat.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, infrastruktur air sangat penting dalam menciptakan kota layak huni dan dicintai. Dalam hal ini, semua orang membutuhkan akses terhadap air bersih.
"Water sensitive (kota ramah air), ada yang namanya liveable city, lovable city, sustainable city, pasti semuanya dasarnya air. Kan kalau orang mau hidup nyaman harus ada air. Nggak mungkin orang nyaman hidup tanpa air," ujar Basuki dalam sambutannya di Pembukaan Seminar Nasional di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta Selatan, Senin (11/12/2023).
Untuk di DKI Jakarta sendiri, pemerintah telah membangun sejumlah infrastruktur SDA dari hulu ke hilir Jakarta. Sudah dirampungkan Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi yang telah mengendalikan banjir di hulu.
"Kalau yang di tengahnya ini ada sodetan, kemudian ada normalisasi. Di hilirnya ada pompa-pompa. Kalau kami sudah membangun sejak dulu mungkin sudah ada 500-an (pompa), bersama dengan DKI itu ada 530-an pompa yang disiapkan untuk bagian hilirnya, salah satunya Sentiong," jelasnya.
Sementara di bagian hilir, kini ada Stasiun Pompa Ancol Sentiong yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada hari ini. Pompa banjir ini ditargetkan akan mengamankan 7 kecamatan. Harapannya, pompa ini juga mampu menjernihkan Kali Item.
Lebih lanjut Basuki mengatakan, saat ini pemerintah juga tengah menggenjot normalisasi Kali Ciliwung sepanjang 17 km. Ditargetkan proyek ini dan pemasangan tanggulnya dapat rampung pada 2024 sehingga banjir dapat dikendalikan.
"Makanya kemarin ada banjir di Kebon Nanas dan Kampung Melayu itu karena belum ada tanggulnya. Tapi sebagian besar sudah kita alirkan ke KBT (Kanal Banjir Timur) sehingga dia lebih cepat surutnya. Ini masih ada 17 km yang belum ditanggul. Mudah-mudahan 2024 ini bisa ditanggul semua sehingga banjir jakarta segera bisa kita kendalikan," jelasnya.
"Saya kira ini juga menuju ke water sensitive city. Jadi, water sensitive city kita harus bisa mengendalikan banjir, tapi juga kita harus bisa menyuplai air, tapi juga untuk membersihkan lingkungan," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Yudha Mediawan mengatakan, pengelolaan air di perkotaan semakin besar. Tantangannya ini sejalan dengan perkiraan populasi dunia tinggal di wilayah perkotaan akan meningkat hingga 72,9% pada tahun 2045.
"Tentunya fenomena urbanisasi akan menimbulkan permasalahan di kawasan perkotaan. Kaitan dengan sifat air dan permasalahan akan muncul adalah pengelolaan sumber daya air seperti yang banyak terjadi di kawasan perkotaan Indonesia," kata Yudha, dalam sambutannya.
Yudha mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan urbanisasi tercepat di dunia. Pada tahun 1945, hanya satu dari 8 orang Indonesia yang tinggal di kota besar. Namun Asian Water Development Outlook ADB tahun 2020, Indonesia berada pada level dapat memenuhi atau kapabel sehingga ketahanan air penting untuk menjadi pertimbangan utama.
Namun di Indonesia memiliki tantangan dalam pemenuhan air. Masih butuh meningkatkan 50 miliar meter kubik dari 19 miliar meter kubik saat ini, hampir 160%. Kemudian sekitar 250 meter kubik per kapita, barulah dapat menghilangkan dampak negatif penyimpanan air bahkan dengan skenario perubahan iklim kering.
"Mayoritas tampungan air nasional bersumber dari danau dan bendungan. Distribusi bangunan penampung air belum merata di setiap kepulauan di Indonesia. Dengan mayoritas pada Pulau Jawa sebesar 63%, hal ini berkebalikan dengan Pulau Papua yang belum memiliki tampungan air hingga saat ini," jelasnya.
Oleh karena itulah, pada hari ini pihaknya menggelar Seminar Nasional dengan tema 'Mewujudkan Kota Ramah Air: Tantangan Dan Peluang Perencanaan Infrastruktur Wilayah'. Acara ini diharapkan dapat menghasilkan poin-poin penting bagi pemerintah pusat untuk dibawa ke 10th World Water Forum (WWF) 2024 di Bali.
"Sekaligus mendukung posisi Indonesia sebagai tuan rumah WWF yang ke-10 2024 yang bertemakan water for share for security. Harapannya, seminar ini dapat memunculkan ide gagasan pengelolaan air kawasan perkotaan dengan sasaran meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang infrastruktur pendukung kota ramah air," pungkasnya.
(shc/das)