Selain memiliki simbol budaya yang sarat makna mendalam, emas juga memiliki nilai investasi ataupun aset keuangan yang tren harganya cenderung naik.
Emas telah dikenal sebagai salah satu instrumen investasi aset yang aman karena memiliki sejumlah kelebihan. Di sisi lain, bisnis dan investasi emas masih menghadapi berbagai tantangan pasar.
Siapa yang tidak kenal emas? Selain berkilau sebagai perhiasan, emas juga memiliki nilai lebih sebagai aset berharga. Banyak warga Indonesia membeli emas untuk pernikahan, upacara keagamaan, dan sebagai bentuk tabungan.
Selain memiliki simbol budaya yang sarat makna mendalam, emas juga dipandang lebih dari sekadar investasi ataupun aset keuangan. Selama beberapa generasi, keluarga Indonesia menganggap emas sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi.
Perkiraan saat ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki sekitar 1.800 ton emas yang dimiliki secara pribadi. Sebagian besar emas ini berada di luar jalur perbankan formal sehingga berpotensi untuk dapat dimanfaatkan lebih optimal lagi bagi kemajuan ekonomi.
Selain dipakai dalam bentuk kalung, gelang, dan cincin, emas murni juga menjadi idaman para investor yang ingin mencoba berinvestasi, terutama dari sisi penjualan kembali. Tren harga emas yang cenderung terus meningkat turut mendorong kenaikan permintaan terhadap logam mulia saat ini.
Terlebih saat ini investasi emas memiliki bermacam bentuk. Konsumen semakin dipermudah dengan kehadiran berbagai platform penyedia transaksi pembelian dan penjualan logam mulia yang dilakukan secara konvensional (fisik) ataupun daring.
Diversifikasi produk logam mulia bahkan kini tersedia dalam berbagai ukuran. Mulai dari 0,001 gram hingga 100 gram sehingga memberikan fleksibilitas bagi masyarakat dalam memilih produk investasi.
Emas dalam bentuk fisik, misalnya, berupa emas batangan, perhiasan, hingga koin. Sementara itu, investasi emas dalam bentuk daring bisa dilakukan melalui berbagai aplikasi investasi atau e-commerce, seperti Pegadaian Digital, Indogold, dan Tokopedia Emas.
Melihat besarnya potensi emas tersebut, Pemerintah Indonesia lantas meluncurkan bank emas batangan pertamanya dalam upaya untuk menarik berton-ton emas milik swasta ke dalam sistem keuangan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Peluncuran ini sekaligus menandai puncak dari proses yang berlangsung selama bertahun-tahun di Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia relatif tertinggal dalam mengembangkan bank emas batangan. Meskipun demikian, upaya ini merupakan inisiatif inovatif yang bertujuan untuk menyediakan platform yang mudah diakses masyarakat Indonesia untuk berinvestasi dalam bentuk emas. Jadi, harapannya tetap berbuah positif, seperti negara-negara lain yang telah mengembangkan bank emas.
Dalam industri emas global, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pemilik cadangan emas yang besar. Indonesia tercatat sebagai negara penghasil emas terbesar ke-7 di dunia dengan produksi mencapai 132,5 ton pada tahun 2023 berdasarkan World Gold Council.
Bagaimana sejarah emas di Indonesia hingga jadi pilihan investasi yang populer?
Dikutip dari berbagai sumber, emas dikenal di Nusantara sejak zaman prasejarah. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa emas telah digunakan masyarakat Indonesia kuno untuk berbagai keperluan, termasuk perhiasan dan ritual. Contoh terkenal adalah perhiasan emas yang ditemukan di situs arkeologi seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan, serta berbagai artefak dari masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Pada zaman modern, industri pertambangan emas Indonesia mulai berkembang pada masa kolonialisme Belanda. Pada masa ini, eksplorasi dan penambangan emas dilakukan secara lebih sistematis.
Pada abad ke-19, Belanda mendirikan perusahaan tambang yang fokus pada penambangan emas di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Sumatera dan Kalimantan. Salah satu tambang emas yang terkenal adalah Tambang Emas Lebong Tandai di Bengkulu yang dikelola Belanda sejak 1870. Kemudian disusul oleh pembukaan tambang lain, seperti Simau (1910), Mangani (1913), Salida (1914), Lebong Simpang (1921), dan Tambang Sawah (1923).
Tambang-tambang lain yang dibuka sesudah era 1930-an ialah daerah Belimbing, Gunung Arum pada tahun 1935, dan daerah Bulangsi dan Muara Sipongi pada 1936. Pada 1939, produksi logam emas Indonesia tercatat sebanyak 2,5 ton, yang setengahnya berasal dari Lebong Tandai.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, sektor pertambangan emas mengalami nasionalisasi dan pengelolaan tambang-tambang emas diserahkan kepada perusahaan negara. PT Aneka Tambang (Antam) didirikan pada 1968 dan menjadi salah satu perusahaan tambang terbesar yang mengelola tambang emas di Indonesia.
OMPAS/TOTOK WIJAYANTOPetugas memperlihatkan contoh logam mulia produksi PT Antam Tbk yang tersedia di Butik Emas Logam Mulia, Setiabudi One, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2025).
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, industri pertambangan emas di Indonesia berkembang pesat. Banyak perusahaan tambang internasional yang masuk dan melakukan eksplorasi di beberapa daerah.
Tambang Grasberg di Papua, yang dikelola Freeport-McMoRan, menjadi salah satu tambang emas terbesar di dunia. Selain itu, tambang-tambang kecil dan menengah juga berkembang pesat, memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi emas nasional.
Pada tahun 1970-an, emas sebagai logam mulia atau aset berharga mulai populer di masyarakat. Terlebih ketika krisis minyak dan pemberlakuan kebijakan moneter Amerika Serikat yang berdampak terhadap inflasi sehingga mendorong sebagian masyarakat berinvestasi emas.
Seperti apa keuntungan bisnis dan investasi emas?
Seiring waktu, emas berkembang menjadi instrumen investasi yang banyak digandrungi masyarakat di Tanah Air. Harganya yang cenderung stabil menjadi salah satu keuntungan investasi sehingga emas pun dipandang sebagai safe haven atau aset yang aman untuk berinvestasi.
Di luar investasi tradisional seperti saham dan obligasi, emas dipandang sebagai tempat berlindung yang aman selama ketidakpastian ekonomi. Secara historis, emas menjadi lindung nilai yang sangat baik terhadap inflasi lantaran harganya yang cenderung naik ketika biaya hidup meningkat.
Tak heran jika emas menjadi salah satu investasi yang populer di Indonesia lantaran dianggap sebagai investasi yang aman dan menjanjikan. Berdasarkan laporan Jakpat yang berjudul ”Indonesia Investment Trends” (2024), aset fisik seperti perhiasan dan logam mulia nyatanya menjadi yang utama diminati para calon investor. Survei yang melibatkan 2.088 responden di seluruh Indonesia ini membahas tren investasi, baik bagi mereka yang sudah memilikinya maupun yang berencana memilikinya.
Hasil survei Jakpat menunjukkan, perhiasan menjadi pilihan investasi yang paling diminati oleh 67 persen responden. Selanjutnya, diikuti investasi logam mulia atau tabungan emas sebesar 66 persen. Sementara itu, properti menduduki urutan ketiga dengan 63 persen responden tertarik untuk berinvestasi di sektor ini.
infografik Neraca Aset Moneter untuk Cadangan Emas Indonesia
Keuntungan lain investasi emas adalah nilainya yang cenderung naik. Dalam jangka pendek harga emas memang bergerak fluktuatif. Namun, dalam jangka panjang, nilai emas cenderung bergerak naik. Kenaikan harga emas umumnya di atas rata-rata inflasi. Karena itu, menabung emas sangat cocok untuk investasi jangka panjang. Emas sering kali naik nilainya selama pergeseran ekonomi dan politik.
Di samping itu, keuntungan investasi emas adalah likuiditas yang tinggi. Emas sangat mudah dikonversikan dalam bentuk uang tunai ketimbang instrumen investasi lainnya. Di sisi lain, pasar emas sangat besar dan mudah diakses sehingga emas dapat diperjualbelikan dengan mudah, bahkan ketika kondisi pasar lain sedang sulit.
Keuntungan investasi emas lainnya adalah minimnya risiko lantaran harganya yang cenderung stabil dan naik. Emas fisik juga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami perubahan fisik dan kualitas.
Investasi emas juga berfungsi sebagai diversifikasi portofolio investasi. Nilai emas cenderung naik ketika investasi lain menurun. Membeli emas dapat menjadi cara yang sangat baik untuk mengurangi risiko dan volatilitas dalam portofolio investasi.
Bagaimana tantangan bisnis dan investasi emas?
Meskipun keuntungan berinvestasi emas sangat menarik, terdapat sejumlah tantangan dari bisnis dan investasi emas. Mulai dari faktor ekonomi, perilaku konsumen, hingga persaingan di pasar yang kian kompetitif.
Harga emas dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kondisi ekonomi global, nilai tukar dollar AS, dan permintaan internasional. Fluktuasi harga ini bisa menjadi tantangan bagi pelaku bisnis, terutama dalam menjaga stabilitas harga jual yang kompetitif di pasar.
Selain itu, tidak seperti saham yang membayar dividen atau obligasi yang menghasilkan bunga, emas tidak menghasilkan laba yang berkelanjutan. Keuntungan hanya bergantung pada penjualan dengan harga yang lebih tinggi.
Pasar emas di Indonesia juga dinilai cukup kompetitif, dengan banyaknya pelaku usaha yang menawarkan produk emas, baik dalam bentuk perhiasan maupun logam mulia. Persaingan ini membuat pelaku usaha harus kreatif dalam mengembangkan produk, memberikan layanan yang terbaik, dan menciptakan nilai tambah untuk memenangkan hati konsumen.
Preferensi konsumen terhadap emas juga berubah seiring waktu. Beberapa tahun belakangan, generasi muda lebih tertarik pada emas mini atau emas dengan desain yang modern dan stylish. Perubahan ini membuat pelaku usaha untuk mengikuti tren pasar dan berinovasi dalam menciptakan produk yang sesuai dengan minat konsumen saat ini.
Selain menguntungkan, regulasi yang ketat juga menambah tantangan bagi bisnis emas. Pelaku usaha harus memastikan bahwa mereka mematuhi semua peraturan dan tidak melakukan pelanggaran yang bisa berujung pada sanksi. Hal ini membutuhkan biaya tambahan untuk proses sertifikasi, pelaporan pajak, dan operasionalisasi lainnya.
(Litbang Kompas)
Comments powered by CComment