Warga Rempang Terima Investasi China, Asalkan Bisa Ikut Kolaborasi dengan Xinyi Group

Sumber Berita: Tribunnews.com

Masyarakat di Rempang dipastikan sudah menerima investasi dari perusahaan asal China, Xinyi Group. Asalkan sejumlah syarat dipenuhi.

Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pun mengklaim telah tercapai kesepakatan antara masyarakat dan pemerintah soal investasi China di Rempang.

"Masyarakat Rempang itu setuju dengan investasi, bukan enggak setuju tapi setuju dengan investasi. Cuman cara komunikasinya saja yang enggak pas, harus diakui itu komunikasinya enggak pas," jelasnya dikutip dari Tribunnews.com Kamis (21/9/2023).

Bahlil juga mengatakan bahwa persetujuan itu dia dapatkan setelah mengecek langsung ke lokasi selama dua hari. Bahlil juga telah menemui tokoh masyarakat di Pulau Rempang. Di mana pemerintah sepakat tidak menggeser warga adat keluar dari Pulau Rempang.

"Ternyata kesimpulannya adalah mereka ingin agar kalau investasi masuk, pergeserannya itu tidak boleh di luar Rempang, tadinya mereka itu mau ditaruh di kampung Galang. Saya ikutin terus," jelasnya.

Selain itu, masyarakat Rempang menginginkan adanya kolaborasi antara pengusaha setempat dengan investasi yang masuk di wilayahnya. Di mana anak-anak Rempang bisa menjadi bagian dari Xinyi Group.

Kemudian warga ingin ganti rugi yang jelas terkait dengan penggusuran dari tempat asal. "Mereka ingin kalau investasi masuk, anak-anaknya jangan tidak hanya berkerja tapi mereka menjadi pengusaha juga kolaborasi. Ketiga mereka juga ingin ganti ruginya itu harus jelas," ungkapnya. Sebelumnya Bahlil menyatakan bahwa tanah seluas 17.000 hektare pulau Rempang akan direvitalisasi menjadi sebuah kawasan yang mencakup sektor industri, perdagangan, hunian, dan pariwisata yang terintegrasi. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara.

Untuk tahap awal, Bahlil bilang kawasan ini sudah diminati oleh perusahaan kaca terbesar di dunia asal Tiongkok, Xinyi Group yang berencana akan berinvestasi senilai 11,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 174 triliun sampai dengan 2080.

Total area itu kan 17.000 (hektare) tapi dari 17.000 (hektare) lebih itu kan ada sekitar 10.000 hektare itu kawasan hutan lindung yang nggak bisa kita apa-apain," ungkap dia.

"Jadi areanya itu kurang lebih sekitar 7.000 (hektare) yang bisa dikelola. Untuk kawasan industrinya, tahap pertama itu kita kurang lebih sekitar 2.000 sampai 2.500 hektare," imbuhnya.


Print  

Comments powered by CComment

Pengunjung
213367
Hari iniHari ini464
KemarinKemarin448
Minggu iniMinggu ini2829
Bulan iniBulan ini8284
TotalTotal213367
Tertinggi 09-16-2024 : 1130
Statistik created: 2025-06-22T17:38:35+00:00
Online
-
© Pusat Informasi Data Investasi Indonesia
Pengunjung Berdasarkan Negara
Indonesia 36.5% Indonesia
China 31.2% China
United States 25.5% United States

Total:

33

Countries
004482
Today: 4
This Week: 46
This Month: 205
Image
Image
Image
Image
Image
Image
Login Form