Sempat Didominasi PLTU, Investasi Tertinggi Jawa Tengah Kini Bergeser ke Sektor Properti 

Sumber Berita: Tribunnews.com

Dominasi investasi di Jawa Tengah mengalami pergeseran di tahun 2023 ini. Tahun sebelum 2020 lalu (rentang 2018-2020) realisasi investasi Jawa Tengah didominasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Tahun ini, pada Semester I kontribusi terbesar bersumber dari sektor properti.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah Sakina Rosellasari menyebutkan bahwa perumahan, kawasan industri, dan perkantoran menempati urutan tertinggi investasi Jawa Tengah pada Semester I 2023 dengan nilai sebesar Rp 3,35 triliun.

Kemudian disusul industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar Rp 2,95 triliun; industri tekstil sebesar Rp 2,11 triliun; industri makanan sebesar Rp 2,04 triliun; dan listrik, gas dan air sebesar Rp 1,99 triliun.

"Investasi PLTU baik di Kabupaten Batang maupun Jepara mendominasi pencapaian realisasi investasi di Jawa Tengah pada tahun sebelum 2020.

Tahun ini, urutan tertinggi semester I (seperti pada data tersebut). Kehadiran Kawasan Industri baru di Jawa Tengah yaitu KIT Batang, juga meningkatkan realisasi investasi. Dibuktikan dengan Semester I untuk realisasi investasi tertinggi di Kabupaten Batang dengan nilai 2,25 triliun rupiah," jelas Sakina kepada Tribun Jateng, Senin (25/9/2023).

Sakina menyebutkan, target investasi Jawa Tengah pada tahun 2023 sebesar Rp 65,7 triliun. Adapun sampai triwulan II tahun ini mencapai Rp 27,08 triliun. Data ini berdasarkan laporan dari para pelaku usaha kepada BKPM RI melalui sistem yang telah terintegrasi Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) yang dirilis setiap triwulan.

Menurut dia, realisasi investasi ini turut didukung banyaknya investor yang melakukan relokasi di Jawa Tengah. Adapun disebutkan, relokasi berasal dari berbagai tempat seperti di wilayah Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Korea Selatan.

"Relokasi ke Jawa Tengah bersifat pengembangan usaha. Saat ini DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah hampir setiap minggu menerima kunjungan calon investor dari Korea Selatan, Taiwan, China, dan bahkan Vietnam yang akan melakukan investasi di Jawa Tengah pada sektor alas kaki, garment termasuk kendaraan listrik.

Mereka tertarik tidak hanya pada Kawasan Industri namun kemudahan transportasi dengan ketersediaan jalan tol yang melintas ke Jawa Tengah dari Jabar ke Jatim. Ini tentunya menjadi pemantik perekonomian Jawa Tengah dengan penyerapan tenaga kerja dan  multiplier effect kegiatan ekonomi sampingan lainnya," terang Sakina.

Ia menjelaskan, memang realisasi investasi sektor padat karya nilainya tidak terlalu besar jika dibandingkan proyek PLTU atau smelter. Namun signifikan dalam menyerap tenaga kerja, sehingga dapat menurunkan angka pengangguran dibuktikan dengan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jawa Tengah. Tercatat pada rilis BPS Februari 2023 TPT turun menjadi 5,24 persen dari tahun 2022 yang sebesar 5,57 persen.

"Dengan tidak ada investasi sebesar PLTU atau Smelter atau industry otomotif besar, menyebabkan realisasi investasi di Jawa Tengah membutuhkan upaya gigih dalam melakukan promosi investasi. Investor yang telah melakukan Letter of Intent (kepeminatan proyek investasi) kami lakukan pendampingan dan pengawalan agar dapat segera melakukan realisasi investasi," tambahnya.

Sementara itu Sakina menambahkan, di sepanjang tahun 2018 - 2023 semester I ini kabupaten/kota dengan realisasi investasinya tertinggi yakni di Jepara.  Kemudian disusul Semarang, Brebes, Tegal, Pati, Boyolali, dan Grobogan.

Adapun berdasarkan sektornya, realisasi investasi tertinggi yakni pada listrik, gas dan air; disusul barang-barang dari kulit dan alas kak; industri tekstil; transportasi dan pergudangan; industri makanan minuman; dan perumahan, kawasan industri, dan perkantoran; serta industri lainnya.

Sedangkan negara dengan realisasi investasi terbesar di Jawa Tengah di sepanjang tahun 2018-2023 semester I dari urutan tertinggi yakni Jepang; disusul Korea, Singapura, Hongkong, Malaysia, dan China.

"Tahun 2023 banyak PMA asal Korea, China, dan Taiwan mulai akan melakukan relokasi ke Jawa Tengah. Ini Tentunya informasi yang bagus bagi perekonomian untuk kemudian mengurangi angka pengangguran," tambahnya.

Di sisi itu, untuk menggenjot realisasi investasi di Jawa Tengah sendiri Sakina menyebutkan, pihaknya mendorong penyampaian LKPM bagi pelaku usaha non usaha mikro kecil menengah. Sebab kata dia, masih banyak pelaku usaha yang sampai saat ini belum melaporkan kegiatan penanaman modalnya.
Dia menjelaskan, laporan itu itu perlu disampaikan setahun empat kali. Adapun laporan dibagi per triwulan yang dibuka hanya tanggal 1-10 pada bulan berikutnya.

"Data kami menunjukkan masih banyak pelaku usaha yang belum melaporkan, baik karena ketidaktahuan atau salah memasukkan atau kelewat tanggal atau butuh pendampingan. Ini kami sosialisasi terus menjelang realisasi triwulan III," imbuhnya. (idy)


Print  

Comments powered by CComment

Pengunjung
213140
Hari iniHari ini237
KemarinKemarin448
Minggu iniMinggu ini2602
Bulan iniBulan ini8057
TotalTotal213140
Tertinggi 09-16-2024 : 1130
Statistik created: 2025-06-22T11:36:51+00:00
Online
-
© Pusat Informasi Data Investasi Indonesia
Pengunjung Berdasarkan Negara
Indonesia 36.5% Indonesia
China 31.3% China
United States 25.6% United States

Total:

33

Countries
004480
Today: 2
This Week: 44
This Month: 203
Image
Image
Image
Image
Image
Image
Login Form