Ford Tunda Investasi Mobil Listrik Rp 191 Triliun karena Hal Ini

Sumber Berita: Beritasatu.com

Produsen mobil asal AS, Ford Motor Company menunda investasi pengembangan mobil listrik (electrical vehicle/EV) senilai US$ 12 miliar atau sekitar Rp 191 triliun karena konsumen mengerem pembelian.

Konsumen khususnya di Amerika Utara enggan mengalokasikan dana ekstra untuk membeli kendaraan listrik karena dampak pelambatan ekonomi global. Hal ini mempersulit rencana ambisius Ford meningkatkan produksi mlobil listrik.

Namun, eksekutif Ford menegaskan bahwa perusahaan tidak mengurangi investasi untuk pengembangan model kendaraan listrik di masa depan. Hanya saja saat ini peningkatan kapasitas produksi kendaraan listrik dilakukan secara bertahap dari yang direncanakan sebelumnya.

“Ford tidak akan beralih dari produk (EV) generasi kedua kami,” kata CFO Ford John Lawler dalam jumpa pers di Detroit, Kamis (26/10/2203) dikutip dari CNBC International.

Namun, saat ini Ford mempertimbangkan peningkatan kapasitas produksi. "Kami akan mengeluarkan sebagian dari investasi itu,” kata dia.

Ford mengatakan banyak pelanggan di Amerika Utara tidak bersedia membayar lebih untuk kendaraan listrik dibandingkan mobil konvensional dengan pembakaran internal atau mobil hybrid.

Lawler mengatakan penundaan investasi kapasitas produksi kendaraan listrik US$ 12 miliar, termasuk rencana pabrik baterai kedua di Kentucky. Namun, dia mencatat, pembangunan Blue Oval City, manufaktur kendaraan listrik baru Ford di Tennessee akan tetap berjalan sesuai rencana.

Ford, kata dia, akan menyeimbangkan produksi kendaraan berbahan bakar gas, hibrida, dan listrik untuk menyesuikan kecepatan adopsi kendaraan listrik oleh konsumen. “Pelanggan akan memutuskan berapa volumenya,” kata Lawler.

Sementara pendapatan Ford kuartal ketiga 2023 dari unit bisnis kendaraan listrik merugi US$ 1,3 miliar. Jumlah tersebut dua kali lipat dari kerugian tahun lalu, meskipun pendapatan naik 26%.

Selama tiga kuartal pertama tahun 2023, model e Ford membukukan kerugian operasional sekitar US$ 3,1 miliar. Sementara dalam setahumn penuh, kerugian operasional ditaksir US$ 4,5 miliar.


Print  

Comments powered by CComment

Pengunjung
77625
Hari iniHari ini805
KemarinKemarin580
Minggu iniMinggu ini2661
Bulan iniBulan ini2661
TotalTotal77625
Tertinggi 06-03-2024 : 1128
Statistik created: 2024-07-06T12:24:29+00:00
Online
-
© Pusat Informasi Data Investasi Indonesia
Pengunjung Berdasarkan Negara
Indonesia 60.0% Indonesia
United States 32.8% United States

Total:

23

Countries
001350
Today: 4
This Week: 42
This Month: 42
Image
Image
Image
Image
Image
Image
Login Form