Di wilayah pedalaman Kecamatan Poleang Barat, Kabupaten Bombana, terdapat sebuah bukit dengan pesona alam luar biasa yang kini mulai dikenal luas, khususnya di kalangan pendaki dan pecinta alam. Bukit Harapan, demikian warga setempat menyebutnya, menyajikan pemandangan lanskap 360 derajat dari puncaknya. Dari sini, pengunjung dapat menyaksikan hamparan bukit hijau, garis pantai biru, dan desa-desa kecil yang tampak mungil dari kejauhan.
Popularitas Bukit Harapan mulai melonjak sejak para pemuda lokal dan pelancong dari luar daerah, termasuk dari Kendari dan Kolaka, mengunggah dokumentasi perjalanan mereka di media sosial. Salah satu kelompok yang turut merasakan langsung keindahan tersebut adalah Yasrin, Faqih, Hayan, dan Ikram, yang melakukan perjalanan pendakian dan camping pada pertengahan Maret 2024.
"Bukit Harapan Bombana dengan Pemandangan Lanskap 360 Derajat"
“Begitu sampai di puncaknya, semua lelah hilang. Di satu sisi terlihat laut lepas dengan Pulau Kabaena, di sisi lain hamparan bukit seperti permadani hijau. Seolah kita sedang berdiri di atap dunia,” tutur Yasrin saat ditemui setelah perjalanan mereka.
Perjalanan Menanjak, Disambut Panorama Tak Terbantahkan
Bukit Harapan terletak sekitar tiga kilometer dari pusat Desa Puu Lemo. Untuk mencapainya, pengunjung harus berjalan kaki melalui jalur tanah yang masih alami, sebagian berbatu dan menanjak. Meskipun belum memiliki akses jalan atau fasilitas permanen, para pendaki menyebut jalur ini cukup aman jika dilalui dengan hati-hati.
Faqih mengungkapkan bahwa perjalanan menuju puncak membutuhkan waktu sekitar satu jam, tergantung beban bawaan dan kondisi cuaca. “Kalau musim hujan memang agak licin, tapi masih bisa dilewati. Justru itu bagian dari petualangannya,” katanya.
Citra Satelit Bukit Harapan
Sesampainya di puncak, mata langsung disuguhi bentang alam yang luas tanpa halangan. Ke arah timur, garis laut terlihat membentang menyatu dengan langit. Ke arah utara dan barat, barisan bukit dan lembah menjadi latar alami yang dramatis. Sementara ke selatan, desa-desa kecil tampak seperti miniatur dari ketinggian.
“Waktu terbaik ke sini pagi sebelum matahari terbit atau sore menjelang senja. Cahaya mataharinya menambah dramatis pemandangannya,” ujar Hayan, yang bertugas mengambil foto dan video selama perjalanan.
Camping di Awan, Bintang Bertaburan di Malam Hari
Tak hanya pendakian, Bukit Harapan kini juga dikenal sebagai lokasi favorit untuk camping. Malam hari di tempat ini menawarkan langit terbuka dengan taburan bintang, udara segar, dan suasana tenang jauh dari kebisingan kota. Yasrin dan teman-temannya memilih bermalam di puncak menggunakan tenda ringan dan peralatan masak portabel.
“Kami siapkan logistik dari bawah. Tidak ada sumber air di atas, jadi semua harus dipersiapkan. Tapi saat malam turun, kami disambut langit penuh bintang dan angin lembut. Rasanya tidak ingin cepat-cepat tidur,” kata Ikram.
Sekitar pukul dua dini hari, kabut tipis mulai turun menutupi sebagian tenda, menciptakan sensasi seolah berada di negeri awan. Keesokan paginya, suasana kembali berubah dengan cahaya keemasan menyelimuti seluruh area perkemahan.
“Golden sunrise di sini luar biasa. Kabut naik perlahan dari lembah, dan matahari muncul perlahan di balik bukit. Itu pengalaman yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata,” ujar Faqih penuh kagum.
Sebelum meninggalkan lokasi, rombongan ini menyempatkan diri membersihkan area perkemahan. Mereka memungut kembali sampah dan sisa makanan, lalu membawanya turun. Aksi ini dilakukan sebagai bagian dari kepedulian terhadap kelestarian alam.
Tanggapan Warga dan Harapan Masa Depan Destinasi Ini
Meskipun belum dikelola sebagai kawasan wisata resmi, Bukit Harapan mulai memberi dampak pada warga sekitar, khususnya Desa Puu Lemo. Sebagian warga mulai menyediakan jasa parkir kendaraan, penitipan barang, hingga pemandu informal bagi pengunjung dari luar daerah.
Wa Saring, warga yang tinggal tak jauh dari kaki bukit, menyambut baik kedatangan para pendaki. Ia berharap pemerintah desa dan masyarakat bisa bersama-sama menjaga dan mengelola kawasan tersebut.
“Anak-anak muda dari luar daerah sering mampir di rumah sebelum naik. Kami bantu arahkan dan beri info. Harapannya kalau semakin ramai, ada perhatian dari pemerintah juga,” ujar Wa Saring.
Sementara itu, Rusdin, pemuda lokal yang kadang ikut mengantar tamu sampai separuh bukit, mengatakan bahwa potensi Bukit Harapan sangat besar, tapi harus tetap dijaga keasliannya. “Kalau bisa jangan dirusak. Jangan dibuat ramai dengan bangunan-bangunan. Cukup jalur rapi, tempat sampah, dan petunjuk arah,” katanya.
Menurut warga, langkah awal yang bisa dilakukan adalah membuat jalur pendakian tetap, papan penunjuk, dan edukasi kepada pengunjung tentang pentingnya menjaga kebersihan. Selebihnya, biarkan alam berbicara melalui keindahan aslinya.
Bukit Harapan di Bombana bukan hanya menawarkan tantangan fisik melalui jalur pendakiannya, tetapi juga hadiah visual yang luar biasa dari puncaknya. Panorama 360 derajat yang tersaji menjadikan lokasi ini sebagai destinasi yang layak diperhitungkan di Sulawesi Tenggara. Dengan pengelolaan yang bijak dan partisipasi warga lokal, Bukit Harapan berpeluang menjadi ikon wisata alam baru yang berkelas tanpa kehilangan wajah alaminya.
(ADV)
Comments powered by CComment