Seorang pria mencoba memindahkan sepeda motor ke tempat yang lebih tinggi dari area yang tergenang air setelah hujan deras di Hyderabad, India, pada Senin (24/07/2023). India menerima hujan monsun dari Juni hingga Oktober. (Foto: AP Photo/Mahesh Kumar A.)

Asia-Pasifik Butuh Investasi US$ 145 Miliar untuk Sistem Peringatan Bencana

Sumber Berita: investor.id

Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik harus meningkatkan investasinya secara drastis dalam hal sistem peringatan bencana, dan perangkat-perangkat lain. Menurut Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia dan Pasifik atau Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP), hal tersebut diperlukan guna menghadapi peningkatan risiko-risiko akibat perubahan iklim. 

Dikutip dari laporan ESCAP – yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) – pada Selasa (25/07/2023) bahwa diperlukan hampir US$ 145 miliar untuk membangun sistem-sistem dengan tujuan meminimalisir angka kematian, serta kerusakan akibat banjir, gempa bumi, kekeringan dan bencana-bencana lainnya. 

Dibutuhkan juga, teknologi kecerdasan buatan (AI), satelit, penginderaan jarak jauh dan teknologi lainnya supaya dapat membantu memberikan prakiraan, memberi tahu masyarakat saat keadaan darurat, dan menyediakan layanan lainnya. 

ESCAP mengingatkan sistem telekomunikasi harus ikut diperkuat untuk memastikan bahwa masyarakat rentan akan mendapatkan informasi tersebut. (Tapi), sebagian besar negara gagal membelanjakan bahkan 10% dari apa yang dibutuhkan. Demikian menurut laporan yang dirilis untuk menandai “Pekan Ketahanan Bencana PBB atau U.N.'s Disaster Resilience Week”. 

“Setengah dari semua negara tidak memiliki sistem peringatan dini, dan bahkan lebih sedikit lagi yang memiliki sistem yang terhubung dengan perencanaan darurat. Padahal, PBB telah menetapkan tujuan agar setiap orang di dunia dapat terlindungi oleh sistem semacam itu pada 2027,” ujar Doreen Bogdan-Martin, kepala Persatuan Telekomunikasi Internasional (the International Telecommunications Union) dalam pesan video yang diunggah di Twitter, yang dilansir Associated Press (AP). 

Dalam catatannya, ia menyebutkan negara-negara yang telah menerapkan sistem peringatan dini, seperti India dan Bangladesh. Yang mana, seperti diketahui, kedua negara itu kerap menghadapi ancaman parah dari badai tropis yang menghancurkan. 

“Sistem peringatan dini dapat menyelamatkan puluhan atau bahkan ribuan nyawa, dan secara drastis mengurangi kerusakan dengan memberikan waktu yang cukup bagi orang-orang untuk melarikan diri, dan bahkan menyelamatkan harta benda mereka,” tutur Bogdan-Martin. 

Kerugian US$ 1 Triliun per Tahun 

Laporan ESCAP menunjukkan, dengan menganalisis data dari berbagai sumber, termasuk bencana yang pernah terjadi, platform media sosial, sensor, dan citra satelit, juga teknologi kecerdasan buatan dapat membantu memperingatkan masyarakat mengenai potensi bencana. Sistem peringatan ini juga mencakup, pemberian informasi mengenai rute evakuasi, lokasi penampungan yang aman, serta sumber daya lainnya. 

“Negara-negara yang tidak memiliki cakupan peringatan dini yang memadai memiliki tingkat kematian akibat bencana yang delapan kali lebih tinggi daripada negara-negara yang memiliki sistem seperti itu,” demikian perkiraan PBB. 

Alhasil, tanpa tindakan pencegahan seperti itu, tingkat kerugian tahunan regional akibat bencana diproyeksikan mencapai sekitar US$ 1 triliun per tahun, atau 3,1% dari produk domestik bruto (PDB) regional. 

Sebagai informasi, sepanjang 2022 saja, kawasan Asia-Pasifik telah dilanda 140 bencana alam besar yang menewaskan 7.300 orang dan berdampak pada 62 juta orang. 

Menurut laporan ESCAP, kerugian yang ditimbulkan mencapai US$ 57,3 miliar. Namun, jauh lebih banyak orang yang terancam dan jumlahnya terus meningkat seiring dengan perubahan iklim yang mendorong terjadinya lebih banyak banjir, kekeringan, gelombang panas yang berbahaya, dan cuaca ekstrem lainnya, demikian laporan tersebut. 

Selain sistem peringatan, ESCAP juga mendorong negara-negara melakukan lebih banyak hal untuk memitigasi dampak perubahan iklim, seperti menanam hutan bakau guna mengendalikan erosi pantai dan banjir, memulihkan dataran banjir alami dan lahan basah, serta melakukan diversifikasi tanaman untuk membantu petani menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah. 

Sebagai informasi, sepanjang 2022 saja, kawasan Asia-Pasifik telah dilanda 140 bencana alam besar yang menewaskan 7.300 orang dan berdampak pada 62 juta orang. 

Menurut laporan ESCAP, kerugian yang ditimbulkan mencapai US$ 57,3 miliar. Namun, jauh lebih banyak orang yang terancam dan jumlahnya terus meningkat seiring dengan perubahan iklim yang mendorong terjadinya lebih banyak banjir, kekeringan, gelombang panas yang berbahaya, dan cuaca ekstrem lainnya, demikian laporan tersebut. 

Selain sistem peringatan, ESCAP juga mendorong negara-negara melakukan lebih banyak hal untuk memitigasi dampak perubahan iklim, seperti menanam hutan bakau guna mengendalikan erosi pantai dan banjir, memulihkan dataran banjir alami dan lahan basah, serta melakukan diversifikasi tanaman untuk membantu petani menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah. 


Print  

Comments powered by CComment

Publish modules to the "offcanvs" position.